Keseharianku yang tinggal di sebuah kontrakan yang lumayan,
hanya bisa belajar dan berdoa.
Perjalanan
menuju ke sekolah, kawan – kawan sekolah melewatiku. Pagi yang segar dirasakan
tubuhku. Saat itu aku yang berjalan kaki agak iri dengan kawan – kawanku yang
sudah hamper semua menggunakan kendaraan. Di depan sebuah Toko alat tulis, aku
melihat seorang gadis yang memakai seragam sekolah sama dengan seragam sekolah
milikku. Cantik dan berwajah Polos.
“Hay
Rena, apa kabar ?” salamku.
“Hay
juga, aku baik – baik saja.” Senyum manisnya kepadaku
“Oh
iya, kamu sudah kerja tugas Bahasa Jepang belum ?” tanyaku
“Sudah,
Tugasnya mudah sekali kok.”
“Itu
sih buat kamu aja kali.” Candaku
“Hehehe.”
Tawanya.
“Ke
sekolah bareng yuk.” Ajakku
“Oke.”
Aku dan Rena berjalan bersama menuju ke sekolah, Bel berbunyi tepat saat aku
dan Rena sudah di depan gerbang sekolah, kami berdua hampir saja terlambat.
Hangat sinar matahari di ruang kelas yang pintunya terbuka, kulihat Rena yang
sedang melamun di sampingku.
“Eh
Rena, jangan melamun mulu, nanti kemasukan setan.” Candaku
“Oh,
hehe, maaf, aku lagi mikirin orang tuaku nih.”
“Emang
orang tuamu kenapa ?.” Tanyaku
“Mereka
mau pergi ke Jepang untuk berbisnis sementara, sedangkan aku ditinggal di rumah
sendirian.” Jawabnya.
“Wah,
bahaya banget, masa kamu sendirian ?, bibimu kemana ?.”
“Lagi
pulang kampung, karena anaknya lagi merayakan pernikahan.”
“Oh,
gini aja, nanti kamu pulang sekolah pulang ke rumah dulu, lalu aku jemput kamu
di rumahmu.”
“Mau
ngapain ?”
“Ya
bantuin aku kerja tugas Bahasa Jepang donk, Hehehe.”
“Ya
ampun, ya sudah gpp, nanti aku bantu.”
“Thanks
ya.”
“Ya.”
Pelajaran dimulai, saat guru memasuki kelas dan member salam. Pelajaran yang
paling Aku dan Rena sukai, yaitu matematika.
Terdengar bunyi Bel istirahat, Aku dan Rena hanya mengobrol di kelas.
“Rena,
gimana nih nanti ? kamu bisa nggak ?.”
“Nanti
kan waktu orang tuaku berangkat, aku minta ijin dulu ya.” Senyum manisnya.
“Ya
Sudah, eh kamu sudah sarapan belum ?” Tanyaku
“Belum,
soalnya tadi aku kan buru – buru beli alat tulis terus langsung ke sekolah,
jalan kaki pula.”
“Makan
yuk, Kali ini aku yang teraktir deh.” Ajakku
“Boleh
juga.” Jawabnya
Aku dan Rena berjalan bersama menuju kantin dan saat di depan kantin kami bertemu
dengan Cindy. Cindy menyapa kami dengan senyum – senyum manisnya.
“Eh
Cindy, ngapain senyum – senyum ?” Heranku
“Yah
liat kalian berdua kok kelihatan serasi ya ?, hehehe.” Ledeknya
“Hehe,
biasa aja.” Balas Rena.
“Ikutan
makan yuk.” Ajakku kepada Cindy
“Boleh,
ayo.”
Kami
bertiga duduk di satu meja yang kursinya 4. Cindy terlihat makan dengan
lahapnya.
“Cindy,
kamu suka atau laper ? lahap amat.” Ledekku
“Hehe,
sebenernya sih dua – duanya.”
“Hehehe”
Tawa Rena.
Bel masuk pun berbunyi, saatnya kami untuk masuk ke kelas, dan pelajaran pun
dimulai kembali.
Guru Bahasa Inggris memasuki kelas dan siswa – siswi kelas memberi salam.
Banyak saat – saat bercanda di kelas waktu Bahasa Inggri karena Gurunya yang
Humoris.
Bel pulang sekolah berbunyi keras, murid kelasku terkejut bersamaan.
“Aduh
kencang banget suaranya.” Ucapku sambil menutup telinga.
“Waduh,
ini bel atau orang lagi sebar diskon sih kenceng banget.” Canda Guru Bahasa
Inggris
“Ini
ya bel pak, kan disekolah, kalo orang sebar diskon mah di Mall.” Balasku
Aku, Rena dan Cindy berjalan keluar sekolah bersama, tapi pada saat itu Rena
dijemput oleh orang tuanya dengan mobil mewahnya.
“Maaf
ya, aku nggak bisa temani kalian pulang bersama, maaf banget ya.”
“Iya
gpp kok.” Jawabku dan Cindy pun tersenyum.
Akhirnya hanya tersisa Aku dan Cindy pulang bersama dan kebetulan arah jalan
pulang pun sama, aku heran dan terkejut saat di perjalanan Cindy tidak menaiki
Bis yang biasa dia tumpangi.
“Loh
Cindy, kamu kok nggak naik Bis ?” Heranku
“Aku
pindah di deket Rumahmu.” Senyumnya
“Hah
? sejak kapan ?”
“Baru
kemarin kok.”
“Oh,
Eh, nanti kamu bisa kerumahku kan ?”
“Emang
kenapa ?”
“Aku
sama Rena mau ngerjain Tugas Bahasa Jepang, kamu sudah belum ?”
“Oh
iya, aku lupa, aku belum ngerjain, aku nanti bareng kalian aja, nanti aku
kerumahmu jam berapa ?”
“Sore
lah.”
“Oke
lah kalo begitu.”
Sesampainya di depan rumah Cindy, kusalami Cindy, dan dia pun Tersenyum manis
kepadaku.
Panas matahari sudah tidak ada, sore hari pun datang. Saatnya aku untuk
menjemput Rena di rumahnya. Sesampainya dirumah Rena, kulihat Rena yang
menangis di halaman rumahnya, kuhampiri dia dengan percaya diri.
“Ada
apa Rena ?” Tanyaku dengan heran
“Aku
kira Orang tuaku Cuma sebentar di Jepang ternyata lama.” Jawabnya dengan sedih
“Gpp,
kalo kamu takut di rumah sendirian, kamu bisa tinggal sementara di rumahku
kok.”
“Iya
deh, makasih banget ya.” Jawabnya dengan lembut.
Aku dan Rena berangkat ke rumahku dengan sepeda keren milik Rena, di perjalan
banyak canda dan tawa. Hampir sampai di daerah rumahku, aku tidak lupa untuk
menjemput Cindy yang juga ikut mengerjakan tugas. Sampai di rumah Cindy,
ternyata dia sudah ada di depan rumahnya dan akan berangkat ke rumahku, jadi
kami berangkat bersama – sama.
Sesampainya di tempat Kostku, kami langsung mengerjakan tugas, tetapi banyak
waktu terbuang karena terus bercanda.
“Ya
ampun, aku lupa ambilin kalian minum.” Ucapku sambil kutepuk dahiku.
“Aduh
ngerepotin segala.” Ucap Rena
“Iya,
Nggak usah.” Jawab Cindy.
“Kalo
kalian haus, ambil aja minumnya di dapur ya.”
“Iya.”
Tugas Bahasa Jepang sudah selesai dengan sempurna karena bantuan dari Rena yang
jago Bahasa Jepang, karena dia orang jepang asli.
“Aku
haus nih, cari minum di luar yuk.” Ucap Cindy sambil mengusap lehernya karena
haus
“Ambil
di kulkas aja, ada minuman kok, gelasnya di rak atas.” Jawabku
“Biar
aku yang ambilin.” Ujar Rena dengan senyum manisnya
Rena berjalan menuju dapur rumahku, dan mengambil gelas di rak gelas. Saat Rena
mengambil gelas, ia tidak sengaja menyenggol Zat Kimia encer yang ada di dalam
sebuah tabung reaksi yang akan aku gunakan untuk test percobaan Kimia dan Zat
itu mengenai kedua mata dan wajahnya. Rena langsung tidak sadarkan diri dan
tergeletak di dapur.
Terdengar bunyi gelas pecah di dapur rumahku, Aku dan Cindy langsung bergegas
menghampiri letak suara itu. Aku dan Cindy melihat Rena yang sudah tidak
sadarkan diri di lantai dapur, Aku langsung mengangkat Rena dengan sekuat
tenagaku, dan Cindy mencari pertolongan. Aku langsung berlari membawa Rena yang
tidak sadarkan diri ke Rumah Sakit dekat rumahku. Sesampainya di rumah sakit,
Rena langsung dimasukkan ke ruang Perawatan.
“Dokter,
tolong temanku ini dokter.” Ujarku dengan tegas dan sangat takut
“Iya
Iya, tenang, anda dimohon untuk tenang.” Jawabnya
“Aku
tidak bisa tenang Dok.” Ucapku hingga meneteskan air mata
“Udah,
kamu tenang aja, yang penting kita berdoa.” Ujar Cindy kepadaku sambil menangis
Beberapa jam kemudian, Dokter keluar dari ruang Perawatan dan menemuiku.
“Dok,
gimana teman saya Dok ?.” Tanyaku dengan perasaan gugup
“Maaf,
teman anda menderita kebutaan.” Jawab Dokter itu dengan perasaan perihatin
“Hahhh
??.” Aku terkejut
Aku menangis karena keadaan Rena yang seperti itu, aku pun langsung meminta
tolong Cindy untuk menghubugi kedua orang tua Rena.
“Cindy,
hubungi orang tua Rena ya, aku mau menulis sesuatu sebentar.”
“Oke.”
Di sebuah kertas putih aku menulis sebuah surat untuk Rena tanpa pikir panjang.
Surat itu harus dibaca saat Rena sudah bisa melihat, dan surat itu pun aku
titipkan kepada Cindy.
“Cindy,
aku titip surat ini untuk Rena ya.” Ujarku dengan tangisan sedih
“Surat
apa ini ?” Ujar Cindy
“Nanti
kamu juga akan tau.”
Aku berbisik kepada Dokter itu, dan kami pun langsung memasuki sebuah ruangan.
Ruangan itu bertuliskan “Ruang Operasi”. Tanpa pikir panjang aku dan dokter itu
langsung masuk dan melakukan Operasi mata untuk Rena. Karena apapun akan
kulakukan agar Rena bisa bahagia, Rena bahagia aku pun bahagia.
Operasi selesai dalam jam yang lama, dan menunggu hingga luka Operasi sembuh
butuh waktu 1 minggu.
1 Minggu telah berlalu, Suster dan Dokter melepas perban di Kepalaku dan Kepala
Rena, tetapi aku sudah bilang ke Dokter itu agar tidak mempertemukan aku dengan
Cindy, aku juga sudah bicara kepada Cindy dan Orang Tua Rena agar tidak
mempertemukan aku dengannya.
Orang tua Rena dan Cindy memberikan Ucapan Kesembuhan dan pesta kecil
Kesembuhan Rena. Pada saat itu juga Cindy memberikan sepucuk surat kecil itu
unuk Rena, dan mereka membacanya bersama.
Isi Surat itu adalah
“Selamat akan kesembuhanmu Rena.
Sekarang kamu bisa melihat dunia dengan sempurna dan bisa melihat orang yang
kamu cintai, memang hanya ini yang bisa aku berikan, maafkan aku, aku adalah
lelaki pengecut yang tidak berani untuk mengucapkan kata suka kepadamu, sekali
lagi maafkan aku Rena, aku akan selalu ada untukmu. God Bless You.”
Rena dan Cindy yang membaca surat itu sambil Menangis, dan kedua orang tua Rena
pun ikut menangis. Setelah Rena pulang dari rumah sakit, Rena bertujuan untuk
mencariku, tetapi Cindy menolak, karena Cindy sudah kubilangi untuk tidak
memberitahukan keberadaanku kepada Rena. Rena berkunjung kerumahku untuk
menemuiku bersama dengan Cindy dan kedua orang tua Rena. Sesampainya disana,
Rena dan Cindy tidak menemukanku di dalam rumah, dan Rena pun menangis dan
terus memaksa untuk menemuiku.
“Rena,
aku tau dimana dia sekarang.” Ujar Cindy dengan sedih dan gugup
“Dimana
dia ?, beri tau aku.” Ucap Rena sambil meneteskan air mata
“Dia
ada di tempat yang biasa kalian kunjungi berdua.”
“Di
dekat Danau itu ?”
“Benar.”
Rena dan Cindy langsung bergegas pergi ke Danau tempat Aku dan Rena sering
kunjungi berdua, dan meninggalkan orang tua Rena di rumahku.
Sesampainya di Danau, Rena melihatku sendirian duduk di bawah pohon yang biasa
kami kunjungi, Rena dan Cindy menangis terseduh melihatku sendirian yang
berkacamata hitam dan membawa tongkat kayu.
Foto Rena yang kuletakkan di sampingku terbang jatuh ke tanah, aku pun
mencarinya. Rena datang menghampiriku dan menolongku mengambilkan Foto itu,
tetapi, Rena dan Cindy hanya menangis dan terdiam melihatku.
“Oh,
Terima Kasih.” Ucapku. Aku langsung pergi melewati Rena dan Cindy
“Tunggu
….” Ujar Rena
Aku pura – pura tidak mendengarkan Rena, tetapi tiba – tiba Rena berlari dan
memelukku dengan erat dari belakang.
“Aku
tau kamu yang mendonorkan matamu kepadaku.” Ujar Rena sambil menangis
“Aku
melakukan itu untuk membuatmu selalu bahagia dan senang di dunia, maafkan aku
jika aku ada salah padamu, hanya ini yang bisa aku lakukan Rena, Aku sudah
tidak bisa melihat apa –apa, meskipun mataku sudah tidak ada, aku masih bisa
melihatmu dari hatiku, melihat cantiknya wajahmu, tingkah lakumu, candamu,
senyummu, segala – galanya darimu masih bisa aku lihat dan aku rasakan di
Hatiku ini, karena No One Else, Just You Rena.”
0 komentar:
Posting Komentar